Senin, 24 November 2014

kisah anak jalanan



DUKA SI KECIL

Saat tong tong kecil bersiaga
Si  kecil menghadap kepenjuru nestapa
Menatap mentari penuh lara
Roda-roda hitam tengah mengelilinginya
Si kecil kumal berkata pada Tuhannya
 Aku ini siapa dimata-Mu Tuhan
Rintihan sukma menyeruak
Dalam jiwa si kecil ada sesak
Riak kehidupan telah akrab dengannya
Si kecil kumal kembali bernada
Kapan hidupku bahagia Tuhan
Ku lelah
Ku menderita
Sisi kanan membalas nada
Si kecil kumalku sayang
Tetaplah bersemayam dalam sukma Tuhan
Tetaplah berbeda dalam karunia
Ku menunggumu dalam damai surga

Minggu, 24 Agustus 2014

kisah nyata tentang kejujuran


Inilah beberapa cerita yang merupakan kisah nyata dari beberapa orang yang menerapkan kejujuran dalam hidupnya. Tentang orang-orang yang hidupnya dianggap kurang beruntung, berada di garis bawah namun tetap mengutamakan kejujuran dalam menjalani kehidupan. Mereka miskin,  bahkan jauh dari makmur, namun mereka merasakan jiwanya subur karena jujur.
Resapilah kisah-kisah ini, dan terapkanlah dalam kehidupan teman-teman sekalian.... semoga kita menjadi hambaNya yang diridhoi .. Amiin..

DAVID DAN KOIN TELEPON
David kuliah di fakultas perdagangan Arlington USA. Kehidupan kampusnya, terutama mengandalkan kiriman dana bulanan secukupnya dari orang tuanya. Entah bagaimana, sudah 2 bulan ini rumah tidak mengirimi uang ke David lagi.
Di kantong David hanya tersisa 1 keping dollar saja. David dengan perut keroncongan berjalan ke bilik telepon umum, memasukkan seluruh dananya, yaitu satu keping uang logam itu, ke dalam telepon.
Halo, apa kabar?” telepon telah tersambung.
Ibu David yang berada ribuan km jauhnya berbicara.
David dengan nada  agak  terisak berkata.”Mama, saya tidak punya uang lagi, sekarang lagi bingung karena kelaparan.”
Ibu David berkata,”Anakku tersayang, Mama tahu.”
Sudah tahu, kenapa masih tidak mengirim uang?
David baru saja hendak melontarkan dengan penuh kekesalan pertanyaan tersebut kepada sang ibu. Tapi mendadak merasakan perkataan ibunya mengandung sebuah kesedihan yang mendalam.
Firasat David mengatakan ada yang tidak beres, ia cepat-cepat bertanya.”Mama, apa yang telah terjadi dirumah?”
Ibu David berkata,”Anakku, Papamu terkena penyakit berat, sudah lima bulan ini, tidak hanya menelan seluruh tabungan, bahkan karena sakit telah kehilangan tempat kerjanya, sumber penghasilan satu-satunya di rumah telah terputus. Oleh karena itu, sudah dua bulan ini tidak mengirimimu uang lagi, Mama sebenarnya tidak ingin mengatakannya kepadamu,tetapi kamu sudah dewasa , sudah saatnya mencari nafkah sendiri.”
Ibu David berbicara sampai disitu, tiba-tiba menangis tersedu sedan.
Di ujung telepon lainnya,  air mata David juga tak hentinya menetes, dan ia berfikir kelihatannya saya harus drop out dan pulang kampung.
David berkata kepada ibunya, “Mama, jangan bersedih, saya sekarang juga akan mencari pekerjaan, pasti akan menghidupi kalian.”
Kenyataan yang pahit telah membuat David terpukul hingga pusing tujuh keliling. Masih 1 bulan lagi, semester kali ini akan selesai, jikalau memiliki uang,  barang 8 atau 10 dollar saja,maka David mampu bertahan hingga liburan tiba, kemudian menggunakan 2 bulan masa liburan untuk bekerja menghasilkan uang. Akan tetapi sekarang 1 sen pun tak punya, mau tak mau harus drop out.
Pada detik ketika David mengatakan “Sampai jumpa” kepada ibunya dan meletakkan gagang telepon itu, sungguh luar biasa menyakitkan. Hal ini karena prestasi kuliahnya sangat bagus, selain itu ia juga menyukai kehidupan di kampus fakultas perdagangan Arlington tersebut.
Sesudah meletakkan gagang telepon, pesawat telepon umum tersebut mengeluarkan bunyi gaduh, David dengan terkejut dan terbelalak menyaksikan banyak keping dollar menggerojok keluar dari alat itu.
David berjingkrak kegirangan, segera menjulurkan tangannya menerima uang-uang tersebut. Sekarang, terhadap uang-uang itu, bagaimana menyikapinya?
Hati David masih merasa sangsi, diambil untuk diri sendiri, 100% boleh. Pertama, karena tidak ada yang tahu, kedua, dirinya sendiri betul-betul sedang membutuhkan.
Namun, setelah bolak-balik dipertimbangkannya, David merasa tidak patut memilikinya. Setelah melalui sebuah pertarungan konflik batin yang hebat, David memasukkan salah satu keping dolar itu ke dalam telepon dan menghubungi bagian pelayanan umum perusahaan telepon.
Mendengar penuturan David, nona petugas pelayanan umum berkata, “Uang itu milik perusahaan telepon, maka itu harus segera dikembalikan (ke dalam mesin telepon).”
Setelah menutup telepon, David hendak memasukkan kembali keping logam uang itu, tetapi sekali demi sekali uang dimasukkan, pesawat otomatis itu terus menerus memuntahkannya kembali.
Sekali lagi David menelepon, dan petugas pelayanan umum berkata,”Saya juga tak tahu harus bagaimana, sebaiknya saya minta petunjuk atasan.”
Nada bicara David yang sendirian dan tiada yang menolong memancarkan getaran kesepian dan kuyu, nona petugas pelayanan umum sangat dapat merasakannya. Menilik perkataan dari ujung telepon dia merasakan seorang asing yang bermoral baik sedang perlu dibantu. Tak lama kemudian, nona petugas pelayanan umum menelepon ulang pesawat otomat yang sedang bermasalah itu.
Dia berkata kepada David,” Saya telah memperoleh izin dari atasan yang berkata uang tersebut untuk Anda, karena perusahaan kami saat ini tidak mempunyai cukup tenaga, tak ingin demi beberapa dollar khusus mengirim petugas kesana.”
“Hore!”
David meloncat saking gembiranya. Sekarang, uang logam itu secara sah menjadi miliknya.
David membungkukkan badannya dan dengan seksama menghitungnya, total berjumlah 9 dollar 50 sen. Uang sejumlah ini cukup untuk David bertahan hingga bekerja memperoleh upah pertamanya pada saat liburan nanti. Dalam perjalanan ke kampus, David tersenyum terus sepanjang jalan. Ia memutuskan membeli makanan dengan menggunakan uang itu lantas mencari pekerjaan.
Dalam sekejap liburan telah tiba, David telah memperoleh pekerjaan sebagai pengelola gudang supermarket.
Pada hari tersebut, David menjumpai bos perusahaan supermarket, menceritakan kepadanya tentang kejadian di telepon umum dan keinginannya untuk mencari pekerjaan.
Si bos supermarket memberitahu David boleh datang bekerja setiap saat, tidak hanya pada liburan saja, sewaktu kuliah dan tidak terlalu sibuk juga boleh bergabung. Hal ini karena bos supermarket merasa David adalah orang yang tulus dan jujur, terutama adalah orang yang seksama, membenahi gudang mutlak bisa dipercaya.
David bekerja dengan sangat giat, bos sangat mengapresiasinya dan juga merasa kasihan. Si bos memberinya upah double. Sesudah menerima gaji, David mengirimkan keseluruhan gajinya kepada sang ibu, karena pada saat itu David sudah mendapatkan info bahwa ia berhasil memperoleh beasiswa untuk satu semester berikutnya.
Sesudah 1 bulan, uang dikirim balik ke David.
Sang ibu menulis di dalam suratnya...
Penyakit ayahmu sudah agak sembuh, saya juga telah mendapatkan pekerjaan, bisa mempertahankan hidup. Kamu harus belajar dengan baik, jangan sampai kelaparan.
Sesudah membaca surat itu, David menangis lagi. David tahu, meski orang tuanya menahan lapar, juga tidak bakal meminta uang kepada David yang sedang perlu dibantu. Setiap kali memikirkan hal ini, David berlinang bersimbah air mata, sulit menenangkan gejolak hatinya.
Setahun kemudian, David dengan lancar menyelesaikan kuliahnya. Setelah lulus, David membuka sebuah perusahaan, tahun pertama, David sudah mengantongi laba US 100.000. Ia senantiasa tak bisa melupakan kejadian di telepon umum.
Ia menulis surat kepada  perusahaan telepon tersebut...
Hal yang tak bisa saya lupakan untuk selamanya ialah, perusahaan Anda secara tak terduga telah membantu dana US 9,50 kepada saya. Perbuatan amal ini, telah membuat saya batal menjadi pemuda drop out dan menuju kondisi miskin, bersamaan itu juga telah memberi saya  energi tak terhingga, mendorong saya setiap saat tidak melupakan untuk berjuang dan berdoa. Kini saya mempunyai uang, saya ingin menyumbang balik sebanyak US 10.000 kepada perusahaan Anda,  sebagai rasa terima kasih saya.
Bos perusahaan telepon bernama Bill membalasnya dengan surat yang dipenuhi antusiasme...
Selamat atas kesuksesan kuliah Anda dan usaha yang telah berkembang. Kami kira, uang tersebut adalah uang yang paling patut kami keluarkan. Ini bukannya  merujuk pada US 9,50 yang dikembalikan dengan US 10.000, melainkan uang itu telah membuat seseorang memahami sebuah petuah tentang prinsip tertinggi kehidupan.
Harapan selalu ada dengan adanya kejujuran, badai pasti berlalu. Pertolongan Tuhan tak akan terlambat!
Teman-teman sekalian, bagaimana kisah tadi? Tentunya sangat mengesankan, mengharukan, dan sangat menginspirasi kita semua, kan?
Sesungguhnya kemiskinan bukan berarti membuat mereka tidak mampu memperkaya jiwa. Ketidakberdayaan bukan berarti mengkerdilkan hati mereka yang ternyata begitu kaya kejujuran! Hal yang sangat langka dan begitu mahal sekarang! Sungguh inspiratif dan membuat takjub.
Dikutip dari: buku berjudul Kejujuran Hati oleh Edelweis Almira.