Inilah beberapa cerita yang
merupakan kisah nyata dari beberapa orang yang menerapkan kejujuran dalam
hidupnya. Tentang orang-orang yang hidupnya dianggap kurang beruntung, berada
di garis bawah namun tetap mengutamakan kejujuran dalam menjalani kehidupan.
Mereka miskin, bahkan jauh dari makmur,
namun mereka merasakan jiwanya subur karena jujur.
Resapilah kisah-kisah ini, dan
terapkanlah dalam kehidupan teman-teman sekalian.... semoga kita menjadi
hambaNya yang diridhoi .. Amiin..
DAVID
DAN KOIN TELEPON
David kuliah di fakultas
perdagangan Arlington USA. Kehidupan kampusnya, terutama mengandalkan kiriman
dana bulanan secukupnya dari orang tuanya. Entah bagaimana, sudah 2 bulan ini
rumah tidak mengirimi uang ke David lagi.
Di kantong David hanya tersisa 1
keping dollar saja. David dengan perut keroncongan berjalan ke bilik telepon
umum, memasukkan seluruh dananya, yaitu satu keping uang logam itu, ke dalam
telepon.
“Halo, apa kabar?” telepon
telah tersambung.
Ibu David yang berada ribuan km
jauhnya berbicara.
David dengan nada agak
terisak berkata.”Mama, saya tidak punya uang lagi, sekarang lagi bingung
karena kelaparan.”
Ibu David berkata,”Anakku
tersayang, Mama tahu.”
Sudah tahu, kenapa masih tidak
mengirim uang?
David baru saja hendak
melontarkan dengan penuh kekesalan pertanyaan tersebut kepada sang ibu. Tapi
mendadak merasakan perkataan ibunya mengandung sebuah kesedihan yang mendalam.
Firasat David mengatakan ada yang
tidak beres, ia cepat-cepat bertanya.”Mama, apa yang telah terjadi dirumah?”
Ibu David berkata,”Anakku,
Papamu terkena penyakit berat, sudah lima bulan ini, tidak hanya menelan
seluruh tabungan, bahkan karena sakit telah kehilangan tempat kerjanya, sumber
penghasilan satu-satunya di rumah telah terputus. Oleh karena itu, sudah dua
bulan ini tidak mengirimimu uang lagi, Mama sebenarnya tidak ingin
mengatakannya kepadamu,tetapi kamu sudah dewasa , sudah saatnya mencari nafkah
sendiri.”
Ibu David berbicara sampai
disitu, tiba-tiba menangis tersedu sedan.
Di ujung telepon lainnya, air mata David juga tak hentinya menetes, dan
ia berfikir kelihatannya saya harus drop out dan pulang kampung.
David berkata kepada ibunya,
“Mama, jangan bersedih, saya sekarang juga akan mencari pekerjaan, pasti akan
menghidupi kalian.”
Kenyataan yang pahit telah
membuat David terpukul hingga pusing tujuh keliling. Masih 1 bulan lagi,
semester kali ini akan selesai, jikalau memiliki uang, barang 8 atau 10 dollar saja,maka David mampu
bertahan hingga liburan tiba, kemudian menggunakan 2 bulan masa liburan untuk
bekerja menghasilkan uang. Akan tetapi sekarang 1 sen pun tak punya, mau tak
mau harus drop out.
Pada detik ketika David
mengatakan “Sampai jumpa” kepada ibunya dan meletakkan gagang telepon itu,
sungguh luar biasa menyakitkan. Hal ini karena prestasi kuliahnya sangat bagus,
selain itu ia juga menyukai kehidupan di kampus fakultas perdagangan Arlington
tersebut.
Sesudah meletakkan gagang
telepon, pesawat telepon umum tersebut mengeluarkan bunyi gaduh, David dengan
terkejut dan terbelalak menyaksikan banyak keping dollar menggerojok keluar
dari alat itu.
David berjingkrak kegirangan,
segera menjulurkan tangannya menerima uang-uang tersebut. Sekarang, terhadap
uang-uang itu, bagaimana menyikapinya?
Hati David masih merasa sangsi,
diambil untuk diri sendiri, 100% boleh. Pertama, karena tidak ada yang tahu,
kedua, dirinya sendiri betul-betul sedang membutuhkan.
Namun, setelah bolak-balik
dipertimbangkannya, David merasa tidak patut memilikinya. Setelah melalui
sebuah pertarungan konflik batin yang hebat, David memasukkan salah satu keping
dolar itu ke dalam telepon dan menghubungi bagian pelayanan umum perusahaan
telepon.
Mendengar penuturan David, nona
petugas pelayanan umum berkata, “Uang itu milik perusahaan telepon, maka itu
harus segera dikembalikan (ke dalam mesin telepon).”
Setelah menutup telepon, David
hendak memasukkan kembali keping logam uang itu, tetapi sekali demi sekali uang
dimasukkan, pesawat otomatis itu terus menerus memuntahkannya kembali.
Sekali lagi David menelepon, dan
petugas pelayanan umum berkata,”Saya juga tak tahu harus bagaimana,
sebaiknya saya minta petunjuk atasan.”
Nada bicara David yang sendirian
dan tiada yang menolong memancarkan getaran kesepian dan kuyu, nona petugas
pelayanan umum sangat dapat merasakannya. Menilik perkataan dari ujung telepon
dia merasakan seorang asing yang bermoral baik sedang perlu dibantu. Tak lama
kemudian, nona petugas pelayanan umum menelepon ulang pesawat otomat yang
sedang bermasalah itu.
Dia berkata kepada David,” Saya
telah memperoleh izin dari atasan yang berkata uang tersebut untuk Anda, karena
perusahaan kami saat ini tidak mempunyai cukup tenaga, tak ingin demi beberapa
dollar khusus mengirim petugas kesana.”
“Hore!”
David meloncat saking gembiranya.
Sekarang, uang logam itu secara sah menjadi miliknya.
David membungkukkan badannya dan
dengan seksama menghitungnya, total berjumlah 9 dollar 50 sen. Uang sejumlah
ini cukup untuk David bertahan hingga bekerja memperoleh upah pertamanya pada
saat liburan nanti. Dalam perjalanan ke kampus, David tersenyum terus sepanjang
jalan. Ia memutuskan membeli makanan dengan menggunakan uang itu lantas mencari
pekerjaan.
Dalam sekejap liburan telah tiba,
David telah memperoleh pekerjaan sebagai pengelola gudang supermarket.
Pada hari tersebut, David
menjumpai bos perusahaan supermarket, menceritakan kepadanya tentang kejadian
di telepon umum dan keinginannya untuk mencari pekerjaan.
Si bos supermarket memberitahu
David boleh datang bekerja setiap saat, tidak hanya pada liburan saja, sewaktu
kuliah dan tidak terlalu sibuk juga boleh bergabung. Hal ini karena bos
supermarket merasa David adalah orang yang tulus dan jujur, terutama adalah
orang yang seksama, membenahi gudang mutlak bisa dipercaya.
David bekerja dengan sangat giat,
bos sangat mengapresiasinya dan juga merasa kasihan. Si bos memberinya upah double.
Sesudah menerima gaji, David mengirimkan keseluruhan gajinya kepada sang
ibu, karena pada saat itu David sudah mendapatkan info bahwa ia berhasil
memperoleh beasiswa untuk satu semester berikutnya.
Sesudah 1 bulan, uang dikirim
balik ke David.
Sang ibu menulis di dalam
suratnya...
Penyakit ayahmu sudah agak
sembuh, saya juga telah mendapatkan pekerjaan, bisa mempertahankan hidup. Kamu
harus belajar dengan baik, jangan sampai kelaparan.
Sesudah membaca surat itu, David
menangis lagi. David tahu, meski orang tuanya menahan lapar, juga tidak bakal
meminta uang kepada David yang sedang perlu dibantu. Setiap kali memikirkan hal
ini, David berlinang bersimbah air mata, sulit menenangkan gejolak hatinya.
Setahun kemudian, David dengan
lancar menyelesaikan kuliahnya. Setelah lulus, David membuka sebuah perusahaan,
tahun pertama, David sudah mengantongi laba US 100.000. Ia senantiasa tak bisa
melupakan kejadian di telepon umum.
Ia menulis surat kepada perusahaan telepon tersebut...
Hal yang tak bisa saya
lupakan untuk selamanya ialah, perusahaan Anda secara tak terduga telah membantu
dana US 9,50 kepada saya. Perbuatan amal ini, telah membuat saya batal menjadi
pemuda drop out dan menuju kondisi miskin, bersamaan itu juga telah memberi
saya energi tak terhingga, mendorong
saya setiap saat tidak melupakan untuk berjuang dan berdoa. Kini saya mempunyai
uang, saya ingin menyumbang balik sebanyak US 10.000 kepada perusahaan
Anda, sebagai rasa terima kasih saya.
Bos perusahaan telepon bernama
Bill membalasnya dengan surat yang dipenuhi antusiasme...
Selamat atas kesuksesan
kuliah Anda dan usaha yang telah berkembang. Kami kira, uang tersebut adalah
uang yang paling patut kami keluarkan. Ini bukannya merujuk pada US 9,50 yang dikembalikan dengan
US 10.000, melainkan uang itu telah membuat seseorang memahami sebuah petuah
tentang prinsip tertinggi kehidupan.
Harapan selalu ada dengan adanya
kejujuran, badai pasti berlalu. Pertolongan Tuhan tak akan terlambat!
Teman-teman sekalian, bagaimana
kisah tadi? Tentunya sangat mengesankan, mengharukan, dan sangat menginspirasi
kita semua, kan?
Sesungguhnya kemiskinan bukan
berarti membuat mereka tidak mampu memperkaya jiwa. Ketidakberdayaan bukan
berarti mengkerdilkan hati mereka yang ternyata begitu kaya kejujuran! Hal yang
sangat langka dan begitu mahal sekarang! Sungguh inspiratif dan membuat takjub.
Dikutip dari: buku berjudul Kejujuran Hati oleh
Edelweis Almira.